Geger pencarian harta karun Bungkarno, menyebar dari kota hingga pelosok desa yang tak terjangkau oleh kendaraan bermotor. Kasak kusuk kabar tersiar dari satu mulut ke sepuluh mulut lainya. Dari sepuluh ke seratus mulut, seribu bahkan mencapai jutaan mulut membicarakan. Jutaan telinga tercengang mendengar kabar rakyak Hendonesia mempunyai ribuan ton emas batangan yang di simpan di sebuah bank di negara Suwis. Jutaan mata berubah menjadi hijau royo-royo saat diajak membayangkan di sanalah Bung Karno menyimpan ribuan trilyun uang rakyat Hendonesia. Kabar itu tersiar ke seluruh pelosok negeri Hendonesia. Tak terkecuali dukuh kecil yang tak masuk peta. Duku Ndawuan.
"Sebentar lagi, emas batangan dan uang itu akan dibagikan ke kita kang.
Kita semua, warga Ndawuan akan kaya raya. Kita bisa beli puluhan ekor sapi. Kita bisa beli sepeda motor. Tidak cuma satu kang. Gendakanmu pun bisa kamu belikan. Jangankan sapi, sepeda motor, mobil pun bisa kita beli kang. Kita akan kecipratan harta karun Bung Karno kang. Ha ha ha ha..."
Kita semua, warga Ndawuan akan kaya raya. Kita bisa beli puluhan ekor sapi. Kita bisa beli sepeda motor. Tidak cuma satu kang. Gendakanmu pun bisa kamu belikan. Jangankan sapi, sepeda motor, mobil pun bisa kita beli kang. Kita akan kecipratan harta karun Bung Karno kang. Ha ha ha ha..."
"Lha yang nyiprati itu siapa?"
"Hoalah kang kang... kamu itu tidak mengikuti perkembangan jaman. Kamu juga tidak mau tahu sejarah. Yang nyiprati ya saya"
"Lha nyiprati pakai apa? Pakai dengkulmu? Wong kamu saja belum kecipratan kok mau nyiprati aku"
"Hoalah kang lugu kang lugu. Aku ceritakan sejarahnya kang. Jadi begini. Emas batangan itu sudah ada sejak jaman kerajaan Mahapahit dan disimpan di kerajaan itu. Setelah kerajaan itu runtuh, datanglah tatanan baru di tanah kita ini, maka lahirlah negara Hendonesia yang dipimpin oleh Bungkarno. Beliau lah uang ketiban wahyu memimpin negara kita ini beserta isinya. Yang di dalamnya ada harta karunnya tadi."
"Lha kenapa ditaruh di Suwis kalau itu punya kita? Suwis itu apa jauh to dari dukuh kita ini?"
"Hoalah kang kang. Kalau sampeyan ke Suwis jalan kaki, satu tahun, tuju bulan, tujuh hari, tujuh jam belum tentu sampai. Nah, sekarang saya ceritakan bagaimana emas itu bisa di sana. Jadi begini, jaman Bungkarno itu, ada negara namanya Amarikka yang kalah perang hartanya habis-habisan. Nah, satu-satu nya negara yang kaya raya ya cuma Hendonesia ini. Maka datanglah pemimpin Negara Amarikka itu ke Hendinesia menemui Bungkarno untuk pinjam 57 ribu ton emas batangan milik kita itu. Bungkarno mengijinkan asal ditaruh di senuah negara yang punya bank. Pilihanya ditaruh dibank Suwis"
"Ooo... begitu. Lha terus disaur kapan sama Amarikka tadi?"
"Amarikka tidak bisa nyaur kang. Karena jumlahnya yang sangat banyak. Kalau dijejer di dukuh kita ini, mungkin tidak cukup tempatkan"
"Lha kalau tidak disaur bagaimana kita bisa kecipratan?"
"Nah, pitakon yang bagus kang. Yang mau saya sampaikan. Memang, semua itu tidak lepas dari syarat kang. Kalau kita mau meminang gadis pastilah ada syaratnya. Sama dengan harta karun kang. Kalau kita mau kecipratan, kita juga harus memenuhi syarat itu. Imbalanya berlipat ganda dari syarat yang kita berikan itu kang"
"Ooo... lha syaratnya apa to?"
"Syaratnya macam-macam kang. Didukuh lain ada yang berani menjual puluhan ekor ayam, kambing bahkan ada yang berani menjual sapi kang. Mereka menyerahkan semua hasil jualanya itu sebagai syarat. Kalau mereka menyerahkan semua hasil jualanya itu mereka akan mendapat ganti 100 kali lipatkan. Yah... namanya nasib kang, saya tidak bisa seperti orang-orang di dukuh lain"
"Lha kalau saya menjual sapi terus tak berikan sebagai syarat nanti diganti apa? Emas yang km bilang tadi?"
"Bukan emas kang. Sampeyan akan mendapatkan ganti 100 ekor sapi. Apa sampeyan tidak pi gin?"
"... ... ... :)"