Sunday, May 3, 2015

Daredevil

Judul : The Best Laid Plans
Karangan : Sidney Sheldon
Dare Devil

Rasanya istilah diatas patut saya berikan untuk Sidney Sheldon. Keberanian Sheldon mengungkap satu fenomena politik di negara Adi kuasa cukup berani. Ia mampu memberi gambaran seperti apa kisah terjadi dibalik Gedung Putih. Gedung yang disebut-sebut sebagai pengendali jagad, dimana sang penguasa bisa menentukan negara mana yang akan diadu untuk perang. Kapan perang akan dimulai. Dan Amerika tinggal duduk manis bak menyaksikan sebuah film pertempuran yang akan memakan ribuan korban, dengan penuh kemenangan. Mungkin itu satu realita yang sulit saya pahami. Kok ada sebuah negara yang ditakdirkan hidup kalau ada perang. Sungguh, sangat patut dikasihani. Dan mungkin, hal itu masih terjadi hingga saat ini.
Meskipun ini hanya sebuah Novel, yang bisa jadi kebenaranya tidak bisa dipertanggung jawabkan namun, Sidney Sheldon mampu memberi gambaran dengan cukup jelas atas kemelutdunia politik yang syarat dengan kepentingan pribadi namum sering diatas namakan untuk kepentingan rakyat.
Namun, Novel ini sangat menarik buat saya. Sampai-sampai, saya rela menghabiskan waktu saya hampir seharian untuk menuntaskan cerita di dalamnya. Sheldon berhasil memikat mata pembaca untuk tidak beranjak sedikitpun dari tulisanya. Beberapa hal yang sangat menarik, yang membuat mata saya tidak mau beranjak dari Novel ini, meskipun ada beberapa bagian yang menurut saya kurang menarik.
Pertama saya akan mengulas apa saja yang menarik dari Novel The Best Laid Plan ini.

1.Alur cerita yang dibangun dari awal hingga akhir sangat  mengalir
2.Karakter tokoh dalam Novel sangat kuat
3.Tidak ada satu adegan pun yang terbuang sia-sia
4.Peralatan yang digunakan tokoh bisa dimanfaatkan hingga eding cerita
5.Konflik yang dibangun sangat kuat
6.Mampu menggiring dan membuat pembaca  penasaran dengan ending cerita
7.Isi yang disajikan sangat real dan lengkap. Contohnya usaha penerbitan surat kabar Leslie, di jelaskan dan digambarkan dengan detail. Sampai saya berpikir, jangan-jangan Sheldon ini seorang wartawan juga.

8.Ending yang mengejutkan. Diluar dugaan saya. Sheldon mampu membuat mata pembaca terbelalak dengan fakta yang terungkap atas terbunuhnya   Chloe Houston.

9.Banyak tokoh yang muncul di Bab-bab berikutnya. Namun, mereka tetap bisa berperan sesuai dengan porsinya. Satu hal lagi yang mengejutkan. Ending cerita ini tidak diselesaikan oeh tokoh utama dan itu menjadi sangat masuk akal.

10.Sheldon mampu menyembunyikan dan merahasiakan apa sebenarnya yang terjadi. Itu luar biasa
Wah, ternyata ada 10 point yang menarik buat saya dari Novel ini. Itu merupakan kekuatan dari Novel ini. Mungkin masih banyak yang belum saya tulis hal-hal yang menarik lainnya yang luput dari penilaian saya. Namun, buat saya 10 point itu cukup besar dan pasti sebuah Novel akan sulit ditinggalkan pembacanya. Meskipun begitu, saya juga punya catatan yang kurang menarik bagi saya dalam Novel ini. Misalnya,

1.Di bab 16 Sheldon kurang jelas memberi gambarn dua wajah kota Washington D.C. saya butuh dua kali membaca agar bisa melihat dengan jelesa dua wajah itu. Mungkin, tokoh dan konflik yang dimasukan di bab harus lebih fokus

2.Bab 22 dan 23 merupakan bab penentu dalam cerita ini. Kalau tidak cerdik memang tidak akan meninggalkan kesan yang bearti bagi pembaca setelah selesai membaca Novel ini. Meskipun Sheldon berhasil meninggalkan kesan dan membuat pembaca tercengan setelah membaca novelnya, namun ia kurang klimat buat saya. Kalau saja sang wartawan Dana Evans bisa menangkap basah pelaku pembunuh Chloe Houston, mungkin itu akan membuat pembaca membanting bukunya karena tidak percaya.
Dua hal itu yang kurang menarik buat saya dalam Novel ini. Namu, meskipun begitu, jujur saja saya tertarik untuk mengikuti novel-novel Sidney Sheldon selanjutnya.

sumber gambar wikimedia.org

Janjimu Janji Gombal III

Adit hanya bisa melongo memandangi hp nya yang mati. Ia sudah membayangkan malapetaka apa yang akan ia hadapi setelah kejadian ini. Ia membuat gambaran sendiri seperti apa reaksi ceweknya. Meminta maaf pun rasanya sudah tak berguna. Perasaanya penuh beban dan rasa bersalah makin menggerogoti. Sampailah pada satu keputusan pasrah, menyerah dan putus asa.
Apa yang terjadi biarlah terjadi. Aku yang salah. Aku yang salah. Baiklah, semua sudah terlanjur. Menyesal pun tak ada guna lagi. Memohon pun tak pantas lagi. Meskipun berat, jika harus menerima keputusan yang paling pahit pun ia siap menerimanya. Batin Adit dengan perasaan putus asa.  Ia tersadar dari kamunan panjangnya tak kala mendengar pintu kamar mandi di gedor-gedor dan suara cewek memanggilnya dengan keras.
"Nina...." bantin Adit
"Kamu tuh ngapain sih Dit! Tidur! Nyebekin banget sih jadi orang!"
Ahhh... Serba salah. Serba salah. Kekuh Adit
"Ia ia... bentar"

Ia membuka pintu. Wanita yang baru saja menggedor pintu sudah berlalu. Ia segera menyusul ke ruang rapat. Setelah meminta maaf pada semua ia berusaha kembali fokus dengan kerjanya. Yang terjadi biarlah terjadi. Kata-kata itu seolah menjadi mantra yang mampu mengembalikan konsentrasinya, mengembalikan ketenangannya menghadapi setiap pertanyaan dari klien nya. Ia harus profesional, batinnya lagi. Ia menjawab dan menjelaskan artikel apa saja yang bisa dipenuhi olehnya untuk mengisi web klien nya.

Setelah puas mendengar penjelasan Adit, pak Martin setuju dengan kesepakatan yang sudah di bahas dengan pak Hendi, atasan Adit. Mereka di percaya mengelola sepenuhnya konten website pak Martin dengan masa kontrak tiga tahun.

"Baiklah pak Martin, kami sangat berterimakasih atas kepercayaan ini. Kami tidak akan mengecewakan bapak"
"Sama-sama pak Hendi. Saya percaya, tim bapak akan memberikan yang terbaik buat perusahaan saya. Sekali lagi  terimakasih dan saya mohon pamit"

Setelah bersalaman, pak Hendi dan tiga anak buahnya mengantar pak Martin sampai di tempat parkir. Mobil Pajero berlalu dengan gagah membawa pak Martin. Atasan dan ketiga anak buahnya tak mampu menyembunyikan rasa gembiranya. Bersamaan mereka melingkar dan menyatukan tangan kemudian menghempaskan ke atas sembari berkata "SUKSESSS...!". Setelah memberikan sedikit arahan ke tiga anak buahnya, pak Hendi melihat jam tangan yang sudah menunjukan angka 20.30. Pak Hendi hendak mengajak ke tiga anak buahnya untuk makan dulu.

"Waduh pak, saya minta maaf tidak bisa ikut. Ada urusan yang harus saya selesaikan sekarang. Biar Rio sama Nina aja yang ikut makan. Saya pamit dulu ya pak"
"Baiklah, kalau begitu kamu selesaikan urusan kamu. Biar Nina sama Rio ikut aku makan dulu"
"Iya pak. Terimakasih. Permisi"

Adit segera berlalu menuju pos satpam, meminjam kunci sepeda motor kantor dan membawanya pulang. Yang terlintas dipikirannya saat ini hanya satu. Bagaimana cara meminta maaf ke ceweknya dan bagaimana agar ceweknya memaafkan.

Sepanjang perjalanan Adit terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk sikap ceweknya. Sebelum masalah ini muncul, dua hari lagi Adit dan ceweknya berencana pergi ke Jakarta mengikuti sebuah acara. Jika ceweknya tak memaafkan kesalahan Adit, kemungkinan terburuk ceweknya tidak mau diajak pergi dan tiket yang sudah dibeli hangus, biaya acara hangus. Sebenarnya itu tak jadi soal dan tak menjadi bebannya. Hanya saja, ia sangat ingin ceweknya ikut acara yang setiap bulan dia ikuti. Ia ingin ceweknya juga merasakan yang ia rasakan. Tapi, karena kesalahan dia sendiri kemungkinan rencana itu terwujud jadi kecil. Satu kemungkinan lagi yang sebenarnya tak ingin ia pikirkan namun muncul tiba-tiba di kepalanya, 'ceweknya ngajak putus!"

"Duuuuooooonn....!!!" Bunyi klakson bus mememikan telinganya dan sinar bus itu menyilaukan matanya hingga terbelalak.
"Bruuuuuaaakkk...."


Friday, May 1, 2015

Janjimu Janji Gombal II

Sepanjang perjalanan Adit tidak bisa konsentrasi. Pikirannya teringat terus janji yang sudah dibuat dengan ceweknya. Seharusnya, jam 5 dia mengantar ceweknya ke salon, makan bareng dan mencari perlengkapan yang akan dia bawa ke Jakarta bersama ceweknya. WA, BBM mati karena kehabisan kuota internet. Cek pulsa untuk sms tertera angka 90 rupiah. Ah... keluhnya. Ia berniat minta pulsa Rio untuk memberi kabar ceweknya, yang pasti sudah merah padam wajahnya karena marah menunggu dirinya yang tak kunjung datang. Ia membayangkan betapa murka ceweknya.
"Dit, bagi pulsa dong. Lupa lom isi nih mau tlp"
"Yah... Yo, baru aja aku mau minta sama kamu. Pulsa q juga habis ini. Minta sama Nina aja"
Adit melirik Nina yang lagi mengemudi lewat kaca spion mobil dibagian depan. Masih tersisa muka masam di wajahnya. Mungkin Nina masih bt sama aku. Pikir Adit. Ia menyenggol Rio yang juga duduk di sebelahnya, di jok belakang. Adit memberi kode dengan matanya agar Rio meminjam hp Nina. Tapi Rio membalas dengan menggelengkan kepala. Dengan muka putus ada, Adit membatin, Mau tak mau harus menunggu sampai kantor agar dapat wifi.
Nina yang dari tadi diam dan memasang muka masam segera membelokkan mobilnya ke tempat parkiran. Mereka bertiga turun dan langsung masuk ke dalam kantor. Pak Hendi, pimpinan rumah kata langsung mengajak mereka menemui kliennya untuk membicarakan artikel-artikel yang akan di pesan untuk situs web nya.

"Dit, kamu sudah menyiapkan sample artikel yang dipesan pak Martin?"
"Sudah pak"
"Baiklah. Mari kita temui pak Martin. Ini proyek besar. Kalian bertiga harus bagus dan bisa meyakinkan pak Martin. Nina, Rio kalian siap?"
"Siap pak!" Jawab mereka kompak

Adit mengikuti langkah pak Hendi menuju ruang rapat bersama dua rekannya. Di kepalanya masih tercengkeram janji ke ceweknya. Satu jam sudah berlalu, tapi dia belum bisa menghubungi ceweknya. Di kantor itu memang bisa mengakses wifi hampir disetiap sudut kantor. Namun apa daya. Waktu tak mengijinkan melakukan hal itu barang semenit pun. Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa memberi kabar ceweknya. Rasa bersalah terus menggerogoti batinnya. Jika baru sekali hal itu terjadi, mungkin tak jadi soal. Tpi hal itu terjadi lebih dari tiga kali. Hanya satu penyakitnya. Lupa dengan jadwal yang ia bikin sendiri.

Adit kaget ketika Nina dan Rio yang baru saja selesai presentasi di depan pak Martin memanggil dan memintanya menunjukan sample artikel-artikelnya yang dibuatnya.

"Oh... ini pak... anu..., maaf, saya ijin ke belakang sebentar. Perut saya sakit pak. Nina dan Rio yang akan menjelaskan artikel ini"

Dia segera menyodorkan lembaran artikel itu ke pak Martin yang langsung mempelajarinya. Adit segera ngeloyor keluar menuju kamar mandi. Enam pasang mata neran melihat sikap Adit yang aneh. Namun Adit tak mempedulikan mereka. Dia segera ngeloyor ke kamar mandi berniat mengakses wifi agar bisa menghubungi ceweknya.

Hampir 2 jam waktu sudah berlalu. Dia segera mengunci pintun kamar mandi agar tak ada yang menggangu. Ia membayangkan wajah ceweknya yang pasti sudah merah padam. Darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun hingga mengeluarkan tanduk siap menyeruduk tubuhnya yang tak begitu kekar. Sekali seruduk pastilah tubuh itu terpelanting puluhan meter. Ia segera mengambil hp nya di saku tas. Seketika dinyalakan. Di layar muncul notifikasi, 25 panggilan tak terjawab dari ceweknya.

"Astagaaa....." keluh Adit yang kaget sambil menutup mata. Tak mau memikirkan itu ia segera menyalakan layanan wifi. Muncul tukisan Terhubung. Aaahhh... Batin Adit lega setengah mati. Ia sudah siap jika ceweknya akan marah-marah. Ia segera menekan layanan call di aplikasi bbm. Tidak sampai satu menit, muncul notifikasi di layar hp nya. 'Batrey low'.
"Hah? Anjriiiittt...!" Tak sanggup lagi mulutnya berkata. Jika tak malu, mungkin dia memilih pingsan disitu. Ia menyimpulkan semua kejadian ini pasti pertanda buruk untuk hubungannya.

"Ini pasti pertanda buruk... pasti... aahhhh... sial.. sial... siaaalll..." umpatnya dalam hati.