yang menganga di tanah tandus tak berbulu, tak berakar tak ber urat
Hujan menikam, menusuk-nusuk, merong-rong, mengguncang-guncang
tonggak kayu yang lapuk dimakan rayap-rayap cinta
Deru angin membahana, mencabik-cabik, menampar, membesut
mengobrak-abrik lorong-lorong hati
Suara petir menggempur, memecah, membelah dinding-dinding langit
sudut-sudut bumi
Tak bisa lari kemana.
di atas tebing, kau mematung, membatu, pasrah tak ada daya
Hujan yang menikan
Angin yang mencabik
Petir yang membelah lorong, sudut dan dinding hati
Rayap-rayap cinta menggerogoti tahta kebebasan jiwa yang lapuk
Kau lumatkan diri dalam sangkala menanti awan menggulung raga
Runtuh... diakhir kata
Bangkit... diakhir kata
Hujan menikam, menusuk-nusuk, merong-rong, mengguncang-guncang
tonggak kayu yang lapuk dimakan rayap-rayap cinta
Deru angin membahana, mencabik-cabik, menampar, membesut
mengobrak-abrik lorong-lorong hati
Suara petir menggempur, memecah, membelah dinding-dinding langit
sudut-sudut bumi
Tak bisa lari kemana.
di atas tebing, kau mematung, membatu, pasrah tak ada daya
Hujan yang menikan
Angin yang mencabik
Petir yang membelah lorong, sudut dan dinding hati
Rayap-rayap cinta menggerogoti tahta kebebasan jiwa yang lapuk
Kau lumatkan diri dalam sangkala menanti awan menggulung raga
Runtuh... diakhir kata
Bangkit... diakhir kata