Sunday, September 20, 2015

MEREMAS KUNCUP MAWAR BERDURI


Jejak embun masih membekas

Daun kering tampak tirus tinggal uratnya

Kuncup mawar muda memandang dengan angkuhnya

Duri-duri yang memagarinya tampak gagah berjaraj diranting hijau yang segar

Dua...

Tiga...

Bahkan puluhan duri itu berjajar rapi dengan formasi zig zag

Siapa yang mampu menembus pertahan seperti itu? batin lelaki muda yang hendah memetik si kuncup

Jika saja mawar tak berduri...

Kan kuremas ia hinga kuncupnya...

Lelaki itu mamalingkan muka dari ranting mawar berduri

Di tatapnya seulas senyum gadis bermata biru yang duduk dikursi tengah taman

Para algojo cinta siap menerkam siapa saja yang hendak merengkuhnya...


Wednesday, September 2, 2015

Sentuh Ini...

Apakah kau bisa melihat angin yang berhembus?
Apakah kau bisa merasakan dingin yang menusuk?

Apakah kau mendengar suara Matahari?
Apakah kau bisa merasakan hangatnya sang surya di kala pagi?

Apakah kau pernah menyentuh lembutnya hati?
Apakah kau merasakan sakit nya hati?

Ya.
kadang yang tak bisa dilihat, bisa dirasakan
yang tak bisa didengar juga bisa dirasakan
yang tak bisa di sentuh pun juga bisa dirasakan...

... ...

Yang merasakan itu Hati.
Hati yang merasakan...

Air mata bisa menitik saat kita merasa sedih...
Mata pun berbinar saat kita merasa bahagia

Hati yang merasakan...

Pernahkan engkau menyentuh Hati seseorang?
Rasa hati tak bisa disentuh dan diraba dengan tangan...
Tapi hati bisa tersentuh...

Sentuhlah hati dengan ketulusan...

Melukismu di musim semi

Jangan kan duduk disampingmuBerpapasan denganmu pun panas rasa badan ku

Jangan kan menyentuhmu
Melihatmu pun aku bergetar rasa hatiku

Jangan kan menatapmu
Melirikmu pun aku tak bernyali

Jangan kan mendambamu
Merindumu pun aku tak berani

Jangan kan mengatakan padamu
Menyimpan di hati pun aku takut setengah mati

Namun hati tak bisa didustai
Ia berkata dari naluri

Ia tetap ingin melukismu di musim semi
Seindah tunas-tunas baru yang mencari matahari

Seindah bunga mekar menyambut cerahnya pagi
Mendamba kasih yang tulus murni

Awan berarak menghiasi biru langit di kala pagi
Menemani mentari mengisi hari

Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup mewakili
Tuk melukismu saat ini,

Meskipun hati berhasrat tuk tetap melukismu
Lembaran putih tak berisi dan tak berisi hingga kini

Hanya menatapi indahnya musim semi dan tetap ingin melukismu
Meskipun itu hanya di dalam hati
Dan ia tetap bersemi...

Ibu... ku dapati kau di sini

ibu aku merindukan kerut dahimu...aku merindukan tawa kecilmu...
aku merindukan harum khas keringat yang melekat dibajumu...
aku merindukan itu ibu...

kau rengkuh, kau dekap aku dalam pelukmu kala itu...
kau usap rambut kumalku yang bercampur debu...
kau perlihatkan pelangi yang mewarnai langit biru pagi itu...

ibu... kau memang tak disampingku... kau memang jauh dariku...
ibu... di sini aku merasakan rengkuhan, dekapan dan sayang itu...
aku merasakan kehadiran ibu...

ibu... kau telah membangunkan tidurku...
kini aku telah berjalan menapakan kaki kecil ini...
aku akan mencarinya ibu...
aku akan mendapatinya ibu...
aku akan meraihnya ibu...

ibu... terima kasih tlah membangun kan tidurku...

Runtuh

Langit gelap gulita, petir meyambar tonggak-tonggak kayu
yang menganga di tanah tandus tak berbulu, tak berakar tak ber urat

Hujan menikam, menusuk-nusuk, merong-rong, mengguncang-guncang
tonggak kayu yang lapuk dimakan rayap-rayap cinta

Deru angin membahana, mencabik-cabik, menampar, membesut
mengobrak-abrik lorong-lorong hati

Suara petir menggempur, memecah, membelah dinding-dinding langit
sudut-sudut bumi

Tak bisa lari kemana.
di atas tebing, kau mematung, membatu, pasrah tak ada daya

Hujan yang menikan
Angin yang mencabik
Petir yang membelah lorong, sudut dan dinding hati

Rayap-rayap cinta  menggerogoti tahta kebebasan  jiwa yang lapuk
Kau lumatkan diri dalam sangkala menanti awan menggulung raga

Runtuh... diakhir kata
Bangkit... diakhir kata

Monday, August 10, 2015

Rahasia Menulis Novel Dewi Lestari

Dewi Lestari yang akrab disapa Dee itu sudah menerbitkan sembilan novel dan kumpulan cerita pendek. beberapa novelnya sudah diadaptasi ke layar lebar. Tentu hal itu menjadi kesuksesan tersendiri bagi Dee yang sudah malang melintang di dunia penerbitan.

Pasti banyak penulis pemula yang penasaran apa rahasia dibalik kesuksesan mbak Dewi ini sebagai penulis. Pertanyaan itu pasti sering menghinggapi kepala kita. Siapa sih penulis pemula yang tidak ingin sesukses mbakk Dewi Lestari? tentu mau bukan? oke deh, berikut ini akan saya buka rahasia mbak Dewi.

Rahasianya adalah kontrakk kerja. yup, kontrak kerja tersebut ditanda tangani oleh dirinya dan sang suami Reza Gunawan. Serta ditulis tangan di notes kecil berwana merah. Dalam sebuah acara 'Dee's Coaching Clinic' ia sempat menunjukan kontrak untuk proyek 'Supernova' seri ke-6, yang rencananya akan dirilis tahun ini.

Mbak Dewi menjelaskan, kalau deadline bukanlah tekanan tapi alat bantu menuju keberhasilan. Namun, meskipun kita sudah membuat deadline kadang masih suka melanggarnya. Mengatasi hal itu mbak Dewi memberi tips, agar kita mengumumkan deadline itu kepada keluarga, kerabat, maupun orang terdekat. Tujuanya hanya satu, supaya ada yang menagih karya tersebut.

Kedua, kontrak kerja kepada produser. Dalam hal ini, Reza merupakan produser atau manajer yang selalu mengingatkan untuk menyelesaikan buku itu. Sampai saat iini mbak Dewi masih melakoninya. Bagi para penulis pemula, ada baiknya mencoba tips sukses dari mbak Dewi Lestari ini. Yup, sampai sini dulu semoga tulisan ini bermanfaat dan selamat berkarya.

note : tulisan rangkuman dari berbagai sumber. salah satunya detik.com

Sunday, May 3, 2015

Daredevil

Judul : The Best Laid Plans
Karangan : Sidney Sheldon
Dare Devil

Rasanya istilah diatas patut saya berikan untuk Sidney Sheldon. Keberanian Sheldon mengungkap satu fenomena politik di negara Adi kuasa cukup berani. Ia mampu memberi gambaran seperti apa kisah terjadi dibalik Gedung Putih. Gedung yang disebut-sebut sebagai pengendali jagad, dimana sang penguasa bisa menentukan negara mana yang akan diadu untuk perang. Kapan perang akan dimulai. Dan Amerika tinggal duduk manis bak menyaksikan sebuah film pertempuran yang akan memakan ribuan korban, dengan penuh kemenangan. Mungkin itu satu realita yang sulit saya pahami. Kok ada sebuah negara yang ditakdirkan hidup kalau ada perang. Sungguh, sangat patut dikasihani. Dan mungkin, hal itu masih terjadi hingga saat ini.
Meskipun ini hanya sebuah Novel, yang bisa jadi kebenaranya tidak bisa dipertanggung jawabkan namun, Sidney Sheldon mampu memberi gambaran dengan cukup jelas atas kemelutdunia politik yang syarat dengan kepentingan pribadi namum sering diatas namakan untuk kepentingan rakyat.
Namun, Novel ini sangat menarik buat saya. Sampai-sampai, saya rela menghabiskan waktu saya hampir seharian untuk menuntaskan cerita di dalamnya. Sheldon berhasil memikat mata pembaca untuk tidak beranjak sedikitpun dari tulisanya. Beberapa hal yang sangat menarik, yang membuat mata saya tidak mau beranjak dari Novel ini, meskipun ada beberapa bagian yang menurut saya kurang menarik.
Pertama saya akan mengulas apa saja yang menarik dari Novel The Best Laid Plan ini.

1.Alur cerita yang dibangun dari awal hingga akhir sangat  mengalir
2.Karakter tokoh dalam Novel sangat kuat
3.Tidak ada satu adegan pun yang terbuang sia-sia
4.Peralatan yang digunakan tokoh bisa dimanfaatkan hingga eding cerita
5.Konflik yang dibangun sangat kuat
6.Mampu menggiring dan membuat pembaca  penasaran dengan ending cerita
7.Isi yang disajikan sangat real dan lengkap. Contohnya usaha penerbitan surat kabar Leslie, di jelaskan dan digambarkan dengan detail. Sampai saya berpikir, jangan-jangan Sheldon ini seorang wartawan juga.

8.Ending yang mengejutkan. Diluar dugaan saya. Sheldon mampu membuat mata pembaca terbelalak dengan fakta yang terungkap atas terbunuhnya   Chloe Houston.

9.Banyak tokoh yang muncul di Bab-bab berikutnya. Namun, mereka tetap bisa berperan sesuai dengan porsinya. Satu hal lagi yang mengejutkan. Ending cerita ini tidak diselesaikan oeh tokoh utama dan itu menjadi sangat masuk akal.

10.Sheldon mampu menyembunyikan dan merahasiakan apa sebenarnya yang terjadi. Itu luar biasa
Wah, ternyata ada 10 point yang menarik buat saya dari Novel ini. Itu merupakan kekuatan dari Novel ini. Mungkin masih banyak yang belum saya tulis hal-hal yang menarik lainnya yang luput dari penilaian saya. Namun, buat saya 10 point itu cukup besar dan pasti sebuah Novel akan sulit ditinggalkan pembacanya. Meskipun begitu, saya juga punya catatan yang kurang menarik bagi saya dalam Novel ini. Misalnya,

1.Di bab 16 Sheldon kurang jelas memberi gambarn dua wajah kota Washington D.C. saya butuh dua kali membaca agar bisa melihat dengan jelesa dua wajah itu. Mungkin, tokoh dan konflik yang dimasukan di bab harus lebih fokus

2.Bab 22 dan 23 merupakan bab penentu dalam cerita ini. Kalau tidak cerdik memang tidak akan meninggalkan kesan yang bearti bagi pembaca setelah selesai membaca Novel ini. Meskipun Sheldon berhasil meninggalkan kesan dan membuat pembaca tercengan setelah membaca novelnya, namun ia kurang klimat buat saya. Kalau saja sang wartawan Dana Evans bisa menangkap basah pelaku pembunuh Chloe Houston, mungkin itu akan membuat pembaca membanting bukunya karena tidak percaya.
Dua hal itu yang kurang menarik buat saya dalam Novel ini. Namu, meskipun begitu, jujur saja saya tertarik untuk mengikuti novel-novel Sidney Sheldon selanjutnya.

sumber gambar wikimedia.org

Janjimu Janji Gombal III

Adit hanya bisa melongo memandangi hp nya yang mati. Ia sudah membayangkan malapetaka apa yang akan ia hadapi setelah kejadian ini. Ia membuat gambaran sendiri seperti apa reaksi ceweknya. Meminta maaf pun rasanya sudah tak berguna. Perasaanya penuh beban dan rasa bersalah makin menggerogoti. Sampailah pada satu keputusan pasrah, menyerah dan putus asa.
Apa yang terjadi biarlah terjadi. Aku yang salah. Aku yang salah. Baiklah, semua sudah terlanjur. Menyesal pun tak ada guna lagi. Memohon pun tak pantas lagi. Meskipun berat, jika harus menerima keputusan yang paling pahit pun ia siap menerimanya. Batin Adit dengan perasaan putus asa.  Ia tersadar dari kamunan panjangnya tak kala mendengar pintu kamar mandi di gedor-gedor dan suara cewek memanggilnya dengan keras.
"Nina...." bantin Adit
"Kamu tuh ngapain sih Dit! Tidur! Nyebekin banget sih jadi orang!"
Ahhh... Serba salah. Serba salah. Kekuh Adit
"Ia ia... bentar"

Ia membuka pintu. Wanita yang baru saja menggedor pintu sudah berlalu. Ia segera menyusul ke ruang rapat. Setelah meminta maaf pada semua ia berusaha kembali fokus dengan kerjanya. Yang terjadi biarlah terjadi. Kata-kata itu seolah menjadi mantra yang mampu mengembalikan konsentrasinya, mengembalikan ketenangannya menghadapi setiap pertanyaan dari klien nya. Ia harus profesional, batinnya lagi. Ia menjawab dan menjelaskan artikel apa saja yang bisa dipenuhi olehnya untuk mengisi web klien nya.

Setelah puas mendengar penjelasan Adit, pak Martin setuju dengan kesepakatan yang sudah di bahas dengan pak Hendi, atasan Adit. Mereka di percaya mengelola sepenuhnya konten website pak Martin dengan masa kontrak tiga tahun.

"Baiklah pak Martin, kami sangat berterimakasih atas kepercayaan ini. Kami tidak akan mengecewakan bapak"
"Sama-sama pak Hendi. Saya percaya, tim bapak akan memberikan yang terbaik buat perusahaan saya. Sekali lagi  terimakasih dan saya mohon pamit"

Setelah bersalaman, pak Hendi dan tiga anak buahnya mengantar pak Martin sampai di tempat parkir. Mobil Pajero berlalu dengan gagah membawa pak Martin. Atasan dan ketiga anak buahnya tak mampu menyembunyikan rasa gembiranya. Bersamaan mereka melingkar dan menyatukan tangan kemudian menghempaskan ke atas sembari berkata "SUKSESSS...!". Setelah memberikan sedikit arahan ke tiga anak buahnya, pak Hendi melihat jam tangan yang sudah menunjukan angka 20.30. Pak Hendi hendak mengajak ke tiga anak buahnya untuk makan dulu.

"Waduh pak, saya minta maaf tidak bisa ikut. Ada urusan yang harus saya selesaikan sekarang. Biar Rio sama Nina aja yang ikut makan. Saya pamit dulu ya pak"
"Baiklah, kalau begitu kamu selesaikan urusan kamu. Biar Nina sama Rio ikut aku makan dulu"
"Iya pak. Terimakasih. Permisi"

Adit segera berlalu menuju pos satpam, meminjam kunci sepeda motor kantor dan membawanya pulang. Yang terlintas dipikirannya saat ini hanya satu. Bagaimana cara meminta maaf ke ceweknya dan bagaimana agar ceweknya memaafkan.

Sepanjang perjalanan Adit terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk sikap ceweknya. Sebelum masalah ini muncul, dua hari lagi Adit dan ceweknya berencana pergi ke Jakarta mengikuti sebuah acara. Jika ceweknya tak memaafkan kesalahan Adit, kemungkinan terburuk ceweknya tidak mau diajak pergi dan tiket yang sudah dibeli hangus, biaya acara hangus. Sebenarnya itu tak jadi soal dan tak menjadi bebannya. Hanya saja, ia sangat ingin ceweknya ikut acara yang setiap bulan dia ikuti. Ia ingin ceweknya juga merasakan yang ia rasakan. Tapi, karena kesalahan dia sendiri kemungkinan rencana itu terwujud jadi kecil. Satu kemungkinan lagi yang sebenarnya tak ingin ia pikirkan namun muncul tiba-tiba di kepalanya, 'ceweknya ngajak putus!"

"Duuuuooooonn....!!!" Bunyi klakson bus mememikan telinganya dan sinar bus itu menyilaukan matanya hingga terbelalak.
"Bruuuuuaaakkk...."


Friday, May 1, 2015

Janjimu Janji Gombal II

Sepanjang perjalanan Adit tidak bisa konsentrasi. Pikirannya teringat terus janji yang sudah dibuat dengan ceweknya. Seharusnya, jam 5 dia mengantar ceweknya ke salon, makan bareng dan mencari perlengkapan yang akan dia bawa ke Jakarta bersama ceweknya. WA, BBM mati karena kehabisan kuota internet. Cek pulsa untuk sms tertera angka 90 rupiah. Ah... keluhnya. Ia berniat minta pulsa Rio untuk memberi kabar ceweknya, yang pasti sudah merah padam wajahnya karena marah menunggu dirinya yang tak kunjung datang. Ia membayangkan betapa murka ceweknya.
"Dit, bagi pulsa dong. Lupa lom isi nih mau tlp"
"Yah... Yo, baru aja aku mau minta sama kamu. Pulsa q juga habis ini. Minta sama Nina aja"
Adit melirik Nina yang lagi mengemudi lewat kaca spion mobil dibagian depan. Masih tersisa muka masam di wajahnya. Mungkin Nina masih bt sama aku. Pikir Adit. Ia menyenggol Rio yang juga duduk di sebelahnya, di jok belakang. Adit memberi kode dengan matanya agar Rio meminjam hp Nina. Tapi Rio membalas dengan menggelengkan kepala. Dengan muka putus ada, Adit membatin, Mau tak mau harus menunggu sampai kantor agar dapat wifi.
Nina yang dari tadi diam dan memasang muka masam segera membelokkan mobilnya ke tempat parkiran. Mereka bertiga turun dan langsung masuk ke dalam kantor. Pak Hendi, pimpinan rumah kata langsung mengajak mereka menemui kliennya untuk membicarakan artikel-artikel yang akan di pesan untuk situs web nya.

"Dit, kamu sudah menyiapkan sample artikel yang dipesan pak Martin?"
"Sudah pak"
"Baiklah. Mari kita temui pak Martin. Ini proyek besar. Kalian bertiga harus bagus dan bisa meyakinkan pak Martin. Nina, Rio kalian siap?"
"Siap pak!" Jawab mereka kompak

Adit mengikuti langkah pak Hendi menuju ruang rapat bersama dua rekannya. Di kepalanya masih tercengkeram janji ke ceweknya. Satu jam sudah berlalu, tapi dia belum bisa menghubungi ceweknya. Di kantor itu memang bisa mengakses wifi hampir disetiap sudut kantor. Namun apa daya. Waktu tak mengijinkan melakukan hal itu barang semenit pun. Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa memberi kabar ceweknya. Rasa bersalah terus menggerogoti batinnya. Jika baru sekali hal itu terjadi, mungkin tak jadi soal. Tpi hal itu terjadi lebih dari tiga kali. Hanya satu penyakitnya. Lupa dengan jadwal yang ia bikin sendiri.

Adit kaget ketika Nina dan Rio yang baru saja selesai presentasi di depan pak Martin memanggil dan memintanya menunjukan sample artikel-artikelnya yang dibuatnya.

"Oh... ini pak... anu..., maaf, saya ijin ke belakang sebentar. Perut saya sakit pak. Nina dan Rio yang akan menjelaskan artikel ini"

Dia segera menyodorkan lembaran artikel itu ke pak Martin yang langsung mempelajarinya. Adit segera ngeloyor keluar menuju kamar mandi. Enam pasang mata neran melihat sikap Adit yang aneh. Namun Adit tak mempedulikan mereka. Dia segera ngeloyor ke kamar mandi berniat mengakses wifi agar bisa menghubungi ceweknya.

Hampir 2 jam waktu sudah berlalu. Dia segera mengunci pintun kamar mandi agar tak ada yang menggangu. Ia membayangkan wajah ceweknya yang pasti sudah merah padam. Darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun hingga mengeluarkan tanduk siap menyeruduk tubuhnya yang tak begitu kekar. Sekali seruduk pastilah tubuh itu terpelanting puluhan meter. Ia segera mengambil hp nya di saku tas. Seketika dinyalakan. Di layar muncul notifikasi, 25 panggilan tak terjawab dari ceweknya.

"Astagaaa....." keluh Adit yang kaget sambil menutup mata. Tak mau memikirkan itu ia segera menyalakan layanan wifi. Muncul tukisan Terhubung. Aaahhh... Batin Adit lega setengah mati. Ia sudah siap jika ceweknya akan marah-marah. Ia segera menekan layanan call di aplikasi bbm. Tidak sampai satu menit, muncul notifikasi di layar hp nya. 'Batrey low'.
"Hah? Anjriiiittt...!" Tak sanggup lagi mulutnya berkata. Jika tak malu, mungkin dia memilih pingsan disitu. Ia menyimpulkan semua kejadian ini pasti pertanda buruk untuk hubungannya.

"Ini pasti pertanda buruk... pasti... aahhhh... sial.. sial... siaaalll..." umpatnya dalam hati.


Wednesday, April 29, 2015

Geger Harta Karun Bungkarno

Geger pencarian harta karun Bungkarno, menyebar dari kota hingga pelosok desa yang tak terjangkau oleh kendaraan bermotor. Kasak kusuk kabar tersiar dari satu mulut ke sepuluh mulut lainya. Dari sepuluh ke seratus mulut, seribu bahkan mencapai jutaan mulut membicarakan. Jutaan telinga tercengang mendengar kabar rakyak Hendonesia mempunyai ribuan ton emas batangan yang di simpan di sebuah bank di negara Suwis. Jutaan mata berubah menjadi hijau royo-royo saat diajak membayangkan di sanalah Bung Karno menyimpan ribuan trilyun uang rakyat Hendonesia. Kabar itu tersiar ke seluruh pelosok negeri Hendonesia. Tak terkecuali dukuh kecil yang tak masuk peta. Duku Ndawuan.
"Sebentar lagi, emas batangan dan uang itu akan dibagikan ke kita kang.
Kita semua, warga Ndawuan akan kaya raya. Kita bisa beli puluhan ekor sapi. Kita bisa beli sepeda motor. Tidak cuma satu kang. Gendakanmu pun bisa kamu belikan. Jangankan sapi, sepeda motor, mobil pun bisa kita beli kang. Kita akan kecipratan harta karun Bung Karno kang. Ha ha ha ha..."
"Lha yang nyiprati itu siapa?"
"Hoalah kang kang... kamu itu tidak mengikuti perkembangan jaman. Kamu juga tidak mau tahu sejarah. Yang nyiprati ya saya"
"Lha nyiprati pakai apa? Pakai dengkulmu? Wong kamu saja belum kecipratan kok mau nyiprati aku"
"Hoalah kang lugu kang lugu. Aku ceritakan sejarahnya kang. Jadi begini. Emas batangan itu sudah ada sejak jaman kerajaan Mahapahit dan disimpan di kerajaan itu. Setelah kerajaan itu runtuh, datanglah tatanan baru di tanah kita ini, maka lahirlah negara Hendonesia yang dipimpin oleh Bungkarno. Beliau lah uang ketiban wahyu memimpin negara kita ini beserta isinya. Yang di dalamnya ada harta karunnya tadi."
"Lha kenapa ditaruh di Suwis kalau itu punya kita? Suwis itu apa jauh to dari dukuh kita ini?"
"Hoalah kang kang. Kalau sampeyan ke Suwis jalan kaki, satu tahun, tuju bulan, tujuh hari, tujuh jam belum tentu sampai. Nah, sekarang saya ceritakan bagaimana emas itu bisa di sana. Jadi begini, jaman Bungkarno itu, ada negara namanya Amarikka yang kalah perang hartanya habis-habisan. Nah, satu-satu nya negara yang kaya raya ya cuma Hendonesia ini. Maka datanglah pemimpin Negara Amarikka itu ke Hendinesia menemui Bungkarno untuk pinjam 57 ribu ton emas batangan milik kita itu. Bungkarno mengijinkan asal ditaruh di senuah negara yang punya bank. Pilihanya ditaruh dibank Suwis"
"Ooo... begitu. Lha terus disaur kapan sama Amarikka tadi?"
"Amarikka tidak bisa nyaur kang. Karena jumlahnya yang sangat banyak. Kalau dijejer di dukuh kita ini, mungkin tidak cukup tempatkan"
"Lha kalau tidak disaur bagaimana kita bisa kecipratan?"
"Nah, pitakon yang bagus kang. Yang mau saya sampaikan. Memang, semua itu tidak lepas dari syarat kang. Kalau kita mau meminang gadis pastilah ada syaratnya. Sama dengan harta karun kang. Kalau kita mau kecipratan, kita juga harus memenuhi syarat itu. Imbalanya berlipat ganda dari syarat yang kita berikan itu kang"
"Ooo... lha syaratnya apa to?"
"Syaratnya macam-macam kang. Didukuh lain ada yang berani menjual puluhan ekor ayam, kambing bahkan ada yang berani menjual sapi kang. Mereka menyerahkan semua hasil jualanya itu sebagai syarat. Kalau mereka menyerahkan semua hasil jualanya itu mereka akan mendapat ganti 100 kali lipatkan. Yah... namanya nasib kang, saya tidak bisa seperti orang-orang di dukuh lain"
"Lha kalau saya menjual sapi terus tak berikan sebagai syarat nanti diganti apa? Emas yang km bilang tadi?"
"Bukan emas kang. Sampeyan akan mendapatkan ganti 100 ekor sapi. Apa sampeyan tidak pi gin?"
"... ... ... :)"

Janjimu Janji Gombal I

"Say... ntar aku ikut kamu ya"
"Ikut kemana?"
"Ikut ke tempat kamu. Mau numpang cuci. Trus minta tolong antar aku potong rambut"
"Jam berapa yank? Emang sore km udah pulang kerja?"
"Udah. Ntar jam 5 aku udah pulang"
"Oh, oke. Kalau sore bisa. Tapi kalau malam aku gak bisa, ada kerjaan"
"Sore kok"
"Oh... oke dah... siaap! :)"
Setelah chatting, Adit menutup aplikasi WA-nya dan melihat jam digital di layar tablet-nya tertera angka 15.30. Ia duduk di kursi, menguap sambil meluruskan badanya. Matanya mulai meyipit, menahan kantuk setelah semalaman dia begadang membaca novel-nya hingga halaman terakhir.
Ia beranjak dari ruang menulisnya meninggalkan ps yang masih menyala dan pindah ke ruang tv. Berniat merebahkan diri sebentar, menghilangkan rasa kantuk yang melanda, sambil melihat berita setelah pemerintah Indonesia melaksanakan eksekusi mati terhadap delapan gembong narkoba.
Australia mengecam keras eksekusi mati dua warganya yang dilakukan pemerintah Indonesia. Tulisan kecil dibagian bawah layar kaca masih sempat ia baca. Ia menganti chanel, mencari-cari tayangan hiburan. Tapi nihil, semua chanel tv memberitakan tentang eksekusi mati gembong narkoba yang banyak mendapat tentangan.

Perlahan namun pasti, tanganya mulai mengendur. Jari jemarinya mulai terkulai lemas dan remote tv digenggamanya terjatuh. Kini keadaan berbalik. Tv melihat dirinya tergeletak tak berdaya. Jika saja penyiar berita tahu sikap itu, tentu tak akan suka. Disaat semua mata dan telinga tertuju pada satu informasi tentang eksekusi mati gembong narkoba, dengan santai-nya ia mendengkur begitu nikmatnya.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa satu setengah jam berlalu. Kaget bercampur bingung melanda Adit saat dua rekan kerjanya tiba-tiba datang dan mengguncang-guncang tubuhnya. Belum sepenuhnya ia sadar sudah diberondong dengan pertanyaan salah satu temanya.

"Dit, bangun!. Kamu ini gimana sih? Udah jam 4. Ayo  cepat siap-siap. Kita berangkat"
"Ha? Berangkat kemana Nin?"
"Aduh.... kamu ini gimana sih. Jam 4 ini kita harus berangkat ke kantor"
"Ha? Ke kantor ngapain?"
"Aduh Adit... kamu sendiri kemarin yang bilang. Ajak aku ke kantor jam 4. Kamu bilang ada klien yang mau memesan ratusan artikel untuk website-nya. Gimana sih?"
"Ha? Aku bilang gitu ya? Aduh Nin. Aku gak bisa. Aku ada... aduh aku gak bisa Nin. Kamu aja ya yang ke kantor?"
"Gak bisa! Kamu yang ngajak dan yang bikin janji. Masa kamu malah gak datang. Ayo cepet siap-siap. Udah jam berapa ini?"
"Nin.. Aku ada..."

Nina tak mempedulikan jawaban Adit. Dia ngeloyor dan langsung duduk di teras depan rumah Adit. Rio yang dari tadi duduk di teras cuma cengengesan melihat ekspresi bt wajah Nina. Ia menduga Nina habis mencak-mencak ke Adit. Ia ingin ngakak melihat Nina. Namun, ia mengurungkan niatnya. Dari pada kena semprot juga mending diam aja deh. Pikir Rio.
Adit masih bengong di ruang tv. Ia berusaha mengingat janji yang di katakan Nina. Nampaknya otaknya masih belum conect sampai tak mampu mengingat janji yang ia buat sendiri. Yang terlintas di otaknya hanya jam 5. Jam 5 dan jam 5. Terlintas wajah bt ceweknya setiap kali dia lupa janjinya. Seketika juga wajah itu berganti ekspresi Nina yang juga bt. Ah... ia menjambak rambutnya sendiri dengan ekspresi menyesal, bersalah dan campur aduk lainya. Ia segera melangkah menuju kamar. Dipikirannya hanya ada angka 4,5,4,5,4,5... dibarengi ekspresi dua wajah yang saling menuntut janji
"aaaarrrrhhhhh ...." tiba-tiba terdengar teriakan keras dari kamar mandi...